Monday, December 25, 2017

Jepang Utarakan Niat Untuk Kuasai Perbankan Nasional

Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG) berencana untuk menjadi pemegang saham mayoritas di PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) jika diizinkan oleh otoritas jasa keuangan (OJK). Dilansir Reuters Takeshi Kunibe selaku CEO bank Jepang itu mengatakan, langkah ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas perbankan di Asia yang saat ini sedang berkembang.

Baca Juga : Bank Terbesar Jepang Caplok 73,8% Saham Bank Danamon Tanpa Izin

"Jika memungkinkan dan disetujui regulator, kami ingin menjadi pemegang saham mayoritas di masa depan," kata Kunibe dikutip dari Reuters, Selasa (26/12/2017). Berdasarkan kapitalisasi pasar, SMFG ini adalah bank terbesar kedua dengan nilai 150 Miliar Yen atau sekitar US$ 1,32 miliar. Pada periode 2013/2014 SMFG telah membeli 40% saham BTPN.

Regulasi di Indonesia membatasi kepemilikan asing di bank nasional menjadi hanya 40%. Namun regulasi tersebut bisa dilonggarkan jika memiliki kasus spesial. Namun Kunibe enggan menjelaskan apakah saat ini pihaknya sudah berbicara dengan OJK terkait rencana peningkatan kepemilikan saham ini. Ia juga belum bersedia memberikan rincian lainnya, hal ini karena BTPN adalah perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI).

BTPN merupakan bank yang fokus menyalurkan kredit untuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan memiliki laba bersih sebesar Rp 1,3 triliun, dan jumlah aset Rp 93,78 triliun. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah bank Jepang dan Asia lainnya sangat berminat untuk hadir di Indonesia untuk membidik kelas menengah yang saat ini tumbuh di Indonesia.

Contohnya Shinhan Bank asal Korea Selatan berhasil menjadi pemegang saham mayoritas di Bank Metro Ekspress pada 2015, kemudian China Construction Bank masuk ke Indonesia dengan mengakuisisi Bank Windu pada 2016.

Kemudian Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) juga berminat untuk membeli saham PT Bank Danamon Indonesia. Lalu DBS Group Holdings dari Singapura sebelumnya juga berminat untuk menjadi pemegang saham pengendali di Danamon pada 2013, namun membatalkan rencana karena Indonesia mengubah regulasi untuk membatasi kepemilikan tunggal pihak asing di Indonesia menjadi hanya 40%.

Aturan tersebut bisa dilonggarkan jika bank tersebut memiliki alasan finansial secara khusus. Kunibe menjelaskan, SMFG berencana untuk melebarkan sayap di Asia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di negara kawasan. "Kami sudah berbisnis di banyak negara, kami juga ingin membangun bisnis ritel di negara yang kelas menengahnya masih tumbuh," ujarnya.

SMFG memang tengah melirik dan mencari peluang untuk mengakuisisi bank komersial di luar Jepang namun masih di Asia. Kunibe menambahkan, saat ini fokusnya adalah mengembangkan bisnis di Indonesia dan Vietnam, saat ini SMFG memiliki 15% saham di Eximbank. Kunibe menjelaskan, SMFG dan bank di Jepang saat ini sedang menghadapi era suku bunga rendah dan peraturan permodalan yang ketat. Menurutnya ini memberikan tekanan untuk perbankan di Jepang.

Saat ini SMFG sedang mempelajari sejumlah peraturan modal di sejumlah negara. Kunibe mengatakan, dia akan membahas kebijakan permodalannya, termasuk keputusan pemegang saham, saat public expose tahunan pada Mei tahun depan.

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) hari ini mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Disepakati tahun ini adanya pembagian dividen ke pemegang saham sebesar Rp 574,5 miliar atau Rp 100/lembar saham. Dividen ini adalah 39% dari laba non-konsolidasi BTPN pada tahun buku 2016 sebesar Rp 1,46 triliun. Ini merupakan dividen pertama kali dalam delapan tahun terakhir, sejak perseroan menjadi perusahaan publik pada 2008.

"Agak sedikit berbeda dengan tahun-tahun lalu, tahun ini kita ada membagikan dividen. Kita sudah delapan tahun ini memupuk modal. Tapi tahun ini kita merasakan sudah waktunya kita juga memberikan sedikit kepada pemegang saham kita dan mempertimbangkan jumlah kecukupan modal kita jauh di atas rata-rata industri. Jadi kami memutuskan tahun ini bayar dividen Rp 100 per lembar," kata Direktur BTPN, Anika Faisal, dalam jumpa pers di Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Jumat (24/3/2017).

Adapun jadwal pembagian dividen akan diumumkan secara lebih lanjut pada April mendatang.

Secara konsolidasi, per 31 Desember 2016, total aset BTPN mencapai Rp 91,4 triliun atau tumbuh 13% dibandingkan posisi 31 Desember 2015 yang tercatat Rp 81 triliun. Sementara rasio kecukupan modal (CAR) mencapai 25%, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) terjaga di level yang sangat rendah yaitu 0,8%, dan rasio likuiditas (Loan to Funding Ratio/LFR) di angka 86%.

"Beberapa indikator keuangan ini menunjukkan kondisi fundamental yang sehat dan kuat serta mampu menopang target perusahaan," jelasnya. Selain menetapkan pembagian dividen tahun buku 2016, RUPST juga menyetujui perubahan pada susunan anggota komisaris.

RUPST menyepakati pergantian anggota dewan komisaris sebelumnya yakni Hiroshi Higuma, digantikan oleh Shinichi Nakamura. Dengan perubahan tersebut, maka susunan anggota Dewan Komisaris BTPN adalah:
  • Mari Elka Pangestu sebagai Komisaris Utama (lndependen)
  • Arief T Surowidjojo sebagai Komisaris (lndependen)
  • Irwan Mahjudin Habsjah sebagai Komisaris (lndependen)
  • Chow Ying Hoong sebagai Komisaris
  • Shinichi Nakamura sebagai Komisaris.
Shinichi Nakamura adalah warga negara Jepang, saat ini menjabat sebagai Senior General Manager of Emerging Markets Business Division di Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) di Singapura. Dia adalah peraih gelar Bachelor of Laws dari Kyoto University tahun 1985 dan Master of Laws (LL.M) dari University of Illinois at Urbana Champaign, School of Law pada tahun 1989.

No comments:

Post a Comment